Blog Archives

Irsyad Manji : Tokoh yang Kehadirannya Menjadi Sebuah Keniscayaan Sejarah

Khutbah disampaikan di Masjid Al Mutaqin Karangmalang,

Catur Tunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, 11 Mei 2012

Dalam rentang sejarah perjalanan umat Islam, Allah Swt selalu menghadirkan ujian-ujian dalam berbagai bentuknya. Tidak ada satupun umat yang Allah biarkan melenggang begitu saja tanpa ujian keimanan. Siapapun orangnya, asalkan dia muslim, hidup di ruang dan waktu manapun, akan selalu menghadapi ujian keimanan. Sebagaimana firman Allah Swt di dalam Al Qur’an :

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ

وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

 

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Qur’an, Al Baqarah:214)”

Pada zaman sebelum di utusnya Rosulullah Saw, tiap-tiap Nabi diberi ujian keimanan dalam bentuk yang sangat beragam. Di antara mereka ada yang dihadapkan dengan penyihir dan penguasa zalim (Nabi Musa As), ada yang diuji dengan permusuhan dari anak/istrinya (Nabi Nuh, Nabi Luth), bahkan ada yang harus terbunuh karena kekejaman ummatnya (Nabi Isa As). Demikian pula apa yang terjadi pada Rosulullah Saw dan para sahabatnya, mereka menerima kekejian bertubi-tubi dari kaum kafir quraisy, mulai dari cibiran, penyiksaan fisik, hingga pemboikotan secara ekonomi dan politik.

Ujian-ujian keimanan semacam itu juga dialami oleh para khulafaurrosyidin sepeninggal Rosulullah Saw dan akan dialami oleh siapapun yang memiliki komitmen untuk menjadi penyambung lidah rosul. Sebagaimana firman Allah Swt :

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

 Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci  (QS.Shaff : 9)

Melalui ayat tersebut Allah Swt memastikan bahwa siapapun yang akan melaksanakan tugas “langit”, yaitu menyampaiakan hidayah dan diin yang haq, maka Allah telah mempersiapkan adanya permusuhan yang datang dari orang-orang kafir.

Maka tidak heran, jika di era seperti sekarangpun, hampir setiap hari kita melihat begitu banyak manuver yang ditunjukan oleh musuh-musuh Islam dalam rangka menghancurkan umat ini. Hampir semua jurus dan kekuatan telah mereka gunakan untuk menghancurkan Islam dengan segala syari’ahnya. Mulai dari penggunaan kekuatan militer, hegemoni ekonomi dan politik, pemanfaatan media massa, hingga berbagai rupa kegiatan perang pemikiran (nasrul fikroh). Semuanya dijalankan secara serempak dan begitu massif, sehingga Islam dan ummatnya benar-benar diuji keteguhan imannya.

Serangan teranyar yang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam adalah melalui seorang aktivis feminis yang mengaku muslim namun ide-idenya sudah begitu jauh dari Islam, dialah Irsyad Manji. Seorang aktivis perempuan yang telah memperoleh berbagai penghargaan dari dunia barat atas pemikirannya yang mencoba untuk mendamaikan antara iman dan kebebasan. Secara pribadi ia memiliki proyek yang sangat ambisius, yaitu agenda untuk mengharmoniskan liberalisme dengan Islam. Sebuah proyek yang sangat utopis untuk bisa dijalankan secara konsisten.

Mengapa proyek tersebut terbilang utopis? Ya, jelas itu sangat utopis dan memaksakan diri. Tidak mungkin keimanan bisa dipadukan dengan kebebasan. Hal ini karena di saat seseorang telah bersyahadat, menyatakan diri sebagai seorang yang beriman, maka sejak saat itu dia sudah diikat oleh tali agama Allah. Dia baru saja mengikhlaskan diri untuk diatur oleh syari’ah dalam setiap tindakannya. Tidak mungkin Iman akan membolehkan penganutnya untuk masuk ke dalam dunia sex bebas, sebagaimana tidak mungkin Iman bisa diharmoniskan dengan gagasan kawin sejenis yang merupakan sebagian dari ide-ide faham kebebasan.

Faham liberalisme, Pluralisme dan Multikulturalisme telah dipaksakan masuk dalam tubuh pemikiran Islam dan telah membuat ajaran-ajaran Allah Swt  disingkirkan atas nama kebebasan dan hak asasi manusia. Atas nama kebebasan, manusia diperbolehkan untuk berprilaku menyimpang, atas nama kebebasan manusia diperbolehkan untuk melawan ketentuan Tuhan.

Bagi kaum muslimin di Indonesia, ujian yang cukup berat yang harus diterima bukanlah ujian pendzaliman secara fisik, namun lebih banyak ujian berupa derasnya aliran pemikiran yang merasuk ke tubuh umat. Umat disuguhi berbagai adagium seperti Freedom of Speech, Freedom of Expression, dan Freedom of Faith. Melalui adagium ini, anak-anak muda muslim dipersilahkan untuk mengeksprsikan kebebasannya tanpa berpikir tentang syari’ah Tuhannya. Bahkan jika ada sebagian kaum muslimin yang mecoba merespon pemikiran tersebut, mereka lalu dipojokan dan diberi stigma sebagai kelompok intoleran dan anti kemajemukan.

Pada posisi ini, marilah kita melihat betapa seringkali ide-ide kebebasan tersebut juga tidak dilakukan secara konsisten oleh bangsa barat. Berbagai adagium tentang kebebasan, seolah memang hanya dipersiapkan untuk menjerat kaum muslimin agar tidak melawan terhadap berbagai prilaku yang berlawanan dengan syari’ah, dan tidak digunakan untuk memberi kebebasan bagi kaum muslimin untuk mengekspresikan kebebasan beribadah sesuai agamanya.

Jika faham kebebasan dilakukan secara konsisten, mengapa masih ada pelarangan Kaum Muslimin untuk menunaikan keyakinannya secara kaffah di berbagai Negara pemuja faham kebebasan? Jika faham kebebasan dilakukan secara konsisten, mengapa di negeri-negeri berfaham liberal tidak membolehkan Adzan dikumandangkan? Jika faham kebebasan dilakukan secara konsisten, mengapa muslimah di Perancis dilarang menggunakan jilbab dan burqa? Jika faham kebebasan dilakukan secara konsisten, mengapa Syekh Yusuf Qaradhawi dilarang masuk Perancis untuh berdakwah di sana? Maka salahkah kaum muslimin Indonesia melarang Irsyad Manji mendakwahkan ajarannya di Indonesia?

Marilah kita kembali ke topik awal kajian ini, yaitu tentang ujian keimanan. Suka atau tidak suka, keberadaan “makhluk” semacam Irsyad Manji, pada titik ini adalah  sebuah keniscayaan sejarah. Artinya, orang seperti itu harus ada pada setiap ruang dan waktu. Keberadaan orang semacam itu justru menegaskan kebenaran firman Allah Swt, bahwa setiap Mukmin, untuk menuju Syurga harus melewati berbagai ujian. Adapun perang pemikiran yang dilancarkan oleh Irsyad Manji adalah bagian dari ujian keimanan tersebut. Ujian ini relefan terutama bagi anak-anak muda, kaum intelektual. Karena memang sasaran tembak perang semacam ini adalah segmen tersebut. Meraka adalah kelompok usia yang secara emosional maupun intelektual paling mudah tergoda dengan cara berfikir dan berprilaku yang aneh dalam kehidupan keagamaan.

Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan keberadaan Irsyad Manji sebagai cara untuk terus mengasah kekuatan Aqidah ummat. Momentum ini bisa dimanfaatkan untuk kembali menyuarakan posisi Islam dan Kaum muslimin terhadap idiologi buatan manusia yang bernama LIBERALISME.